“Hallo”, itu yang diucapkan gadis berkulit putih ini sesaat setelah melihat nama seseorang di handponnya,
“kamu ko masih bisa nelpon sih”..lanjutnya setelah ia mengecilkan volume tv di depannya,
“ya iya lah,aku kan kangen sama kamu, apa kabar sayang?kamu baik baik aja kan disana”.suara pria di handpone gadis itu menyapa dan menayakan kabarnya dengan hangat/
Mendengar semua ucapan suara lelaki tersebut, gadis ini hanya terdiam. Ada sesuatu yang dia pikirkan,melamun, dan untuk beberapa saat tidak ada suara dalam handpone tersebut, hingga akhirnya lelaki itu kembali bertanya.
“hallo, kamu baik baik aja kan?,,,,”
“iya halo aku ada disini. …”, jawab gadis itu yang baru tersadar akan seseorang yang berada di telepon itu menyapa dan menanyakan kabarnya.
“ko, diam tadi kenapa?.masih marah ya?,yang aku kangen bangeet……”.lelaki itu berbicara dengan nada nada yang menggoda
Mendengar kata kata dari pria tersebut, kata kata rayuan yang seharusnya membuatnya senang, membuatnya merasa bahagia, karena telepon itu adalah dari pria yang dicintainya. Namun dengan beragam alasan gadis ini justru menjadi sangat marah. Marah sekali hinggga akhirnya dia berkata,
“ah,,, sudahlah jangan bicara seperti itu, aku muak mendengarnya sekarang”
Gadis itu menekan tombol putus di handponnya, dan menyimpannya dengan sedikit keras, hampir membantingnya, handponnya pun tergeletak di sisi kirinya, diatas ranjang dengan sprai putih tempatnya tertidur.
Dia kembali menaikan volume tv nya, dan kini siaran itu tidak begitu menarik untuknya, volume yang besar itu, melebihi keras yang sebelum dia menerima telepon, namun pikirannya tidak pada siaran tersebut, kini suara televisi itu hanyal suara penyamar dari hanponnya yang terus berbunyi.
Keresahan di hatinya sungguh tak bisa disembunyikan lagi, nafasnya terus bertambah cepat dengan sekali melirik ke hanponya yang tidak berhenti berdering, hingga dia mengambil handpone tersebut dan menekan tombol off,
“bye bye,…” begitu suara handpone itu berbunyi yang selanjutnya diikuti suara musik untuk beberapa saat, dan akhirnya layar hanphone dengan beberapa tulisan berwarna tersebut menjadi gelap.
Keresahan, rasa kesalnya sekarang agak memudar, kembali dia melihat tayangan televisi di depannya, mengganti ganti channelnya, untuk mencoba menemukan siaran yang bisa lebih menenangkan hatinya,
…………….
Dua jam berlalu, gadis putih dengan piyama bergambar hello kitty itu masih dalam posisinya, menonton siaran televisi, dan mengganti siaran siaran itu hampir setiap ada tayangan iklan komersial, dan sesekali perpindahannya begitu cepat, karena dirasa siarannya tidak menarik untuk di tonton.
Keresahan itu kini nampak tidak terlalu besar, tidak terlalu gusar keberadaannya kini, nafasnya tidak bercampur emosi dan kebencian. Hingga ia merasa lelah, rasa kantuk sudah mulai dirasakannya, dan ia memutuskan untuk mematikan siaran tv itu, untuk melepaskan semua beban di hatinya dalam alam impian.
Sesaat sebelum merebahkan badan ia melihat handphone berwarna hitam miliknya, ia ambil dan kemudian menyalakannya, sambil mangambil posisi ternyaman untuknya tertidur, tulisan welcome di handponnya dengan suara musik yang khas terdengar, lagu kesukaannya, “lonenly star, where are u tonight…..”, seketika itupun cahaya memancar ke wajahnya, yang sedikit menyilaukan karena lampu kamar telah di matikan sesaat setelah ia mamatikan televisi.
Ia sudah sadari sebelum menyalakannya handponya, sms dan laporan telah dihubungi itu pasti didapatnya, dan belasan sms yang tak dibacanya langsung dihapus, sesaat setelah tulisan “delete all massage” terlihat, dan tombol “yes” mengantarkan pesan pesan itu ke dalam ketiadaan.
Setelah menyimpan handpon itu di sebelah bantalnya ia menarik selimutnya yang berwarna merah muda, dan memejamkan matanya, menenangkan segala ketegangan, nafasn nafas yang dikeluarkannya perlahan dan teratur bersamaan dengan doanya sebelum tidur, dalam ketenangan, kedamaian, hilang, pasrah dan tidak ingat apa apa lagi, kini ia tertidur.
………….
“ya halo…”, diantara sadar dam tidak, ia menjawab telepon
“……….maaf..…aku memang bersalah..aku menyakitimu….”.
Mendengar kata kata maaf yang di barengi isak tangis lelaki yang ada di handpon itu, ia langusng membuka matanya, mengumpulkan dengan segera segala kesadarannya, tangis dia yang begitu terdengar lirih, terdengar begitu dalam, penuh ketulusan, rasa sesal dan.
Gadis itu kini terduduk, mendengarkan lelaki itu mengis tersedu, dengan kata kata maafnya yang keluar terbata bata.
“iya, dari sebelumnya juga kan aku sudah memaafkan, sudahlah ga apa apa, aku baik baik saja ko”,
“iya terima kasih,,,,sebetulnya… dengan bisa bicara seperti ini juga aku sedikit tenang,..asal kamu baik baik saja ….aku merasa tidak terlalu bersalah….”, dengan terbata bata lelaki itu berbicara.
“aku mengerti itu, tapi tolong aku mohon dengan sangat, jangan lagi membahas tentang perasaan kita, tentang masa lalu kita, tentang rasa cinta, karena itu hanya membuatku semakin sakit hati saja”.gadis itu bicara dengan sedikit tegas, penuh kepastian, dan dengan perlahan ia beranjak untuk menyalakan lampu kamarnya, tak ada yang mau ia lihat, namun entah mengapa ia lakukan itu, hanya gerakan refleks saja.
“iya..aku mengerti itu, memang sebetulnya aku juga merasakan hal yang sama, aku juga merasa sakit hati, kenapa aku dulu aku begitu gelap mata hingga memberinya obat penenang dan kejadian itu memang…”kata kata lelaki itu terhenti, karena dipotong perkataan gadis yang kini duduk di samping ranjangnya.
“sudah cukup jangan bahas itu lagi, yang jelas aku juga sudah iklas, mungkin ini lebih baik, dan semohga menjadi yang terbaik untuk kita semua”
“tapi kamu mengerti kan memang aku melakukan itu karna…ah aku memang benar benar menyesal.aku memang…”, kata katanya kembali dipotong, gadis yang mulai berbicara dengan nada naik dua oktap dari sebelumnya.
“hey!,,,aku sudah mendengar kata kata itu berulang ulang, makanya sampai saat ini aku benci dengan orang meminum alkohol, sudah lah yang penting semua tidak terulang lagi, aku juga bangga, kamu sekarang bisa tidak minum, itu saja sudah cukup, dan biar lah masalah perasaanku ini toh mungkin lambat laun juga akan terbiasa”
“iya,,iya maaf ya, aku mengerti, maaf aku jadi bikin marah lagi,….eeeuhh tapi aku berani bersumpah aku sudah ga minum lagi sejak waktu itu,,karena aku pikir memang banyak sisi negatifnya, aku memang selalu tak bisa menahan emosi, dan aku memang kurang kontrol dengan semua perasaanku kalau minum, aku sudah menjauhinya bukan karena kamu atau siapapun itu memang kujauhi karena ku sadar banyak yang negatifnya”
“bagus lah kalo begitu, memang seharusnya begitu kan?”. Gadis ini nampak tenang sekarang, tak ada nada nadanya yang membentak, kini ia berbicara dengan perasaannya yang seperti biasa, tenang, santai dan kadang lebih berwibawa, dengan segala perkataannya yang bijak dan dewasa.
“aku terkadang malu, aku yang lebih tua malah aku yang lebih kekanak kanakan, makasih ya, kamu banyak membuatku lebih baik”..
“ya sukur lah kalo memang aku bisa membuat orang lain lebih baik dari sebelumnya, oh iya kenapa masih bisa nelpon, ini kan malam pertamamu, mana dia”
“ada, dia lagi tidur, aku dari tadi udah dua jam mungkin nelpon kamu terus, ya gimana ya, aku memang ga bisa tidur, ingat kamu terus, hehe, maaf lho maksudnya, aku merasa bersalah, lagian kamu tadi langsung mematikan handpon lagi, aku kan jadi ga enak, merasa bersalah sekali ,tapi ya, sukurlah kita sekarang bisa bicara lagi…,smsnya dibaca kan?”
“oh udah kuhapus heheh, aku marah sekali sih tadi kamu ngomongnya ngaco aja, lho kok kenapa ditinggalin.”
“ga apa apa ko yang penting kan sekarang sudah jelas kita kan memang saling mendoakan dan tidak ada lagi yang mengganjal di hati kita masing masing , oh iya maaf ya ini sudah jam 3 subuh aku ganggu kamu ya,kamu lagi tidur”. Katanya sambil melihat jam di tangannya
“iya tadi udah tidur, ya udah lah ga apa apa….”
Sekitar setengah jam mereka berbicara, akhirnya mereka saling mengucapkan selamat tidur, karena terlalu malam, dan malam sudah lewat, dini hari menjelang pagi, yang sepertinya untuk beberapa saat lagi adzan subuh akan terdengar bersahutan.
Tinggallah kini pria itu, memandangi indahnya ketenangan ombak ombak yang dari depan teras villa tempatnya menginap, keindahan tepi pantai bunaken dalam sinar cahaya yang tidak begitu terang, cahaya rembulan yang lembut menyinari, tidak terasa menyilaukan, Pria dengan sebotol Chivas Regal di ditangannya, menghembuskan asap rokok dengan penuh bangga dan kepuasan, dari senyumnya yang terlihat membayangkan sesuatu, ia seolah bebicara dalam hatinya, “sip, good job”.
cerpennya sudah lumayan bagus kembangin mas bakatnya
ReplyDelete