Ditengah mereka menguntai harapan demi harapan dan impian, mereka yang saat ini berada dalam kebersamaan yang mereka inginkan, mereka yang ribuan kilo meter darinya, merangkai rasa cinta dan bahagia mereka dengan indah se indah indahnya. Dia termenung, terpaku dalah kecewa dan putus asa, iri dihatinya tak tertutupi, rasa iri itu sekan telanjang bebas, tak sehelai bengpun menutupinya.
Kebenciannya kepada mereka yang memadu kasih, diantara mimpi mimpinya yang tlah dipersatukan, adalah karena rasa iri yang memang sudah dijadwalkan sebelumnya, dia tau dengan segala ksedarannya, bahawa suatu saat nanti ia akan mesnyesal mencintainya, karena semakin mencintai, maka semakin ia harus meninggalkannya.
Ada beragam alasan kenapa aku harus melupakanmu, wahai kekasihku, ada semua perumpamaan dan segudang kosakata yang menghalangi kita untuk tetap bersama, yang dari kesekian kosakata ada satu yang paling aku tidak suka, ketika mereka bilang itu, sungguh sangat sakit ditelingaku terdengar, seakan melesak menerobos gendang telingaku, “pasangan haram”
Aku mengerti dengan sangat, aku memang bukan orang yang pertama untukmu, aku memang hadir tidak lebih dulu darinya, keberadaanku mungkin akan menjadi ancaman baginya, kehadirannku yang tidak ia harapkan, tapi aku juga masih memiliki persaan, sama saja seperti mereka yang mencemoohiku, sama saja deng para pelontar makian itu, sama saja kan?denganmu, wahai kekasihku.
Perasaan sakit ini, perasaan iri ini, perasaan menyesal akan kehadiranku yang sungguh terlalu terlambat, entah harus kuapakan, yang jelas aku sendiri tidak tau mengapa ini bisa terjadi padaku, kenapa perasaan ini susah sekali aku hapus, ingin rasanya semudah itu menghilangkannya, semudah menginstal ulang komputer tempatku berbagi ini.
Kau yang ada disana wahai kekasihku, yang memadu kasih dengan orang lain, aku sesali dengan sangat kehadiranmu, dan aku sesali lagi kenapa kau juga merasakan keterlambatan itu, namun apa daya, semua telah terjadi, biarlah semua sesal itu bersarang diantara hati kita yang terluka, mengeram diantara perihnya menggenggam cinta yang terlarang.
Jauh hari sebelumnya kenapa aku tidak bertemu orang sepertimu, orang yang bisa membuat jantungku berdebar seperti ini, kenapa sebelumnya aku tidak pernah merasakan cinta yang sangat hebat, perasaan cinta antara dua kekasih, perasaan antara Adam dan Hawa. Kemana para pria tampan itu sebelumnya, kenapa dari sekian banyak yang berdekatan sebelumnya, cuma kamulah orang yang membuatku sangat mencinta, wahai kekasihku!, kau sungguh berbeda, sungguh cinta ini tumpah sepenuhnya untukmu, cintaku yang tidak aku beri pada orang lain sebelumnya.
Dalam ratapanku, aku menyesal kenapa cinta tak terjamah ini, dengan segala keluguannya, jatuh dalam pelukan laki laki yang salah, tertanam dalam lembah yang setengah mati aku tuk keluar darinya, lembah yang menjadi kuburan cintaku selamnaya.
Tebing tebing curam dengan rumput berduri itu, membuatku tak sanggup lagi meneruskan langkah, cinta diantara jurang ini tak sanggup lagi meloloskan diri, terjerat, tak bisa kemana mana, cinta ini tetap padamu, wahai kekasihku.
Dalam peraduanku pada buku kecil ini, buku kecil diantara tumpukkan temannya, sesama buku yang selalu kutulisi tiap hari, aku menyisakan dendam untuknya, aku mengikut sertakan kebencian padanya, iri hati, kenapa aku disini merindumu, sementara kau sedang mamadu kasih dengannya, wahai kekasihku.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.