Habis terang datanglah gelap, pasca pesta pora yang membawa duka, hempasan kepuasan birahi berujung penyesalan.
Hari ini, penghuni rumah tak sehat itu semakin bertambah, para penyewa dengan keterpaksaan memasukinya bergantian, hingga beberapa diantaranya harus menetap. menghabiskan masa masa kritis dengan berupa alasan, harapan akan kesembuhan.
Disela kesibukaannya menjahit sobekan itu, pria setengah baya dengan gunting berlumuran darah bertanya.”yakinkah anda dengan keputusan ini”
Tanpa menjawab, tanpa berkata kata, Akira hanya memejamkan matanya, merintih diantara luka yang menganga.
…………..
Pemuda tampan yang meratapi kerinduan itu tertunduk layu, menangisi kehilangan yang tak mungkin ia dapat kembali, beribu sesal tak akan membawanya kembali, kebersamaan itu berakhir, tepat beberapa saat setelah pergantian tahun terjadi.
Selamat tinggal 2010, slamat tinggal kebersaamanku denganya, kebersamaan yang tak pernah kukira akan berakhir, kebersamaan yang saharusnya tak akan berakhir, hingga akhir hayat kita.
Aku ragu, apakah Aku bisa lalui hari hariku kedepan tanpanya, apa dayaku tanpanya, apa yang bisa kulakukan tanpanya.
Aku yang tak pernah bersukur akan keberadaannya, aku yang tak pernah merasa kehilangan sebelumnya, kini merasa perih melihat orang lain bermain dengan milik mereka.
Rasa iri ini semakin menjadi ketika aku kebingungan, bagaimana karus kulakukan semua tanpamu?.kenapa kepergian itu begitu mendadak, saat aku belum siap menerimanaya, aku yang belum terbiasa tanpamu.
……………….
Sendainya aku cepat melempar barang sialan itu, mungkin kita masih bersama, kebersamaan yang kini sangat kurindukan.
Seandainya barang sialan itu cepat melarikan diri, mungkin kita masih utuh, kan menjalani hari hari dengan kebersamaan itu.
Seandainya barang terkutuk itu tak pernah dibuat, mungkin ini semua tak akan terjadi padaku.
Selamat tinggal 2010,
Selamat tinggal kedua telapak tanganku.
……………
Dalam doanya pemuda itu berharap, semoga dia bisa diterima dengan keberadaannya seperti sekarang, segala kekurangannya
Dalam doanya ia menangis meminta kembali pada hari dan tahun sebelumnya.
Dalam doanya…
Doa tanpa kedua telapak tangannya menengadah
Doa yang tak pernah ia bisa tutup dengan mengusap wajah,
Dan tak bisa mengusap apapun
…………..
Akira kini menutup doanya, dengan menempelkan pergelangan yang masih berbalut perban, di pipinya yang basah dengan air mata penyesalan.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.