Kesendiriannya
Pengasingannya
Pesepiannya
Mengandung arti yang mendalam
Menjauhi peradaban dengan sejuta makna.
Pengasingannya
Pesepiannya
Mengandung arti yang mendalam
Menjauhi peradaban dengan sejuta makna.
Ketika wajah wajah yang berbeda itu menyapanya, ketika kenalan baru itu menanyainya, seketika itupun Dia berlari, menutupi wajahnya dengan kecemasan dan rasa malu. Kecemasan akan waktu, rasa malu yang kian hari kian menjadi.
Ketika detik demi detik berlalu, suaranya yang semakin mengeras, semakin nyaring, memekakkan telinganya.
Waktu yang berlalu ini adalah kecemasan, dentingan jam ini adalah ketakutan, suara suara pergeserannya adalah kutukan baginya.
Waktu yang berlalu ini adalah kecemasan, dentingan jam ini adalah ketakutan, suara suara pergeserannya adalah kutukan baginya.
Seakan mimpi buruk, waktu itu mengejar, menghantuinya, melipat gandakan kecemasan, Perawan Tua itu menjerit, bersimpuh di pojok kamarnya, menutup telinganya keras sekali.
Kedua tangannya yang gemulai itu, kini menjambak rambutnya, menariknya keras sekali, seakan ingin merontokkan semuanya, melepaskan semua kecemasan itu, membuang semua kegundahannya , dan menghilangkan rasa malu yang menemaninya sepanjang hari.
Kedua tangannya seakan mengejang, mengepal diantara sela sela rambutnya yang hitam kecoklatan, seakan hendak memecahkan kepalanya sendiri, memecahkan belenggu yang mengekangnya selama ini.
***
***
Kecantikannya yang menawan, dan keramahannya yang menarik semua pria lajang, bujangan dan duda muda hingga tua, bahkan ayah dan suami dari mereka sekalipun.
Semua tentangnya kini menjadi penyesalan, sesal akan begitu banyak pilihan, tentang banyaknya momen yang terlewatkan, sesal akan kesempatan pertama, kedua dan selanjutnya, hingga kesempatan itu berubah menjadi ancaman. Kesempatan yang berubah menjadi bencana, kengerian yang tak pernah berhenti, hingga sekarang, dan masa yang akan datang.
Waktu yang menakutkan ini, kesempatan yang berupa ancaman itu, menghapus semua harapan, meluluh lantakan mimpi mimpinya, menggerogoti setiap jengkal tawa di hatinya, mencabik cabik kesucian yang selalu ia jaga.
Kesempatan yang menghantuinya saat itu, semakin mengganas, bergerombol dengan nafsu dan birahi terpendam, menggagahinya, menikmati setiap inci keindahan tubuhnya. Bergantian mereka melampiaskannya, berkali kali mereka lakukan itu, menghancur leburkan semua cita dan harapan.
Tinggalah kini sang Perawan Tua yang lemas terkulai, terpuruk dengan sejuta dendam dihatinya, telentang diatas panasnya api kebencian, telanjang dibaluti amarah yang tak terlampiaskan. Apa daya, Dia hanya meratapi semuanya.
***
Waktu yang menyeramkan itu selalu bersenandung, menyanyikan lagu lagu yang menyayat luka hatinya.
Waktu yang tak pernah berhenti melangkah, menghembuskan nafas nafas kesedihan dihatinya, mengiris luka yang semakin pedih, semakin perih Ia rasakan.
Waktu yang tak pernah menunggu, membawanya dalam pengasingan yang memilukan, menunggu kelahiran sang anak tak berdosa.
Waktu yang selalu berjalan dengan sendirinya, selalu setia menemaninya dalam kesendirian, menanti kehadiran Si kecil yang entah siapa Ayahnya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.