Home » » Sumbangsih Fiksi terhadap Kehidupan Nyata “Revolusi/Evolusi Diri”

Sumbangsih Fiksi terhadap Kehidupan Nyata “Revolusi/Evolusi Diri”


Ilustrasi revolusi berawal dari adanya kesenjangan harapan dan kenyataan/google
Karya sastra adalah produk ciptaan seorang pengarang yang didasari oleh 
realita dan kontinuitas pemikiran yang merupakan kompensasi dari 
ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu yang ada dalam khayalan/mimpinya berupa pembangunan plot-karakter-konflik-solusi. 

Pengarang akan menciptakan gambaran keindahan yang tidak dialaminya dalam kenyataan dalam sekelumit konflik batin (cinta, benci, suka, sedih, dll) menjadi klausul dan inilah 
penciptaan sebuah karya fiksi.
Karya fiksi merupakan penggabungan antara nilai-nilai realitas sosial dan ideal yang 
senantiasa digambarkan melalui konflik-konflik dan penyelesaiannya.

Fiksi bisa menjadi sebuah karya yang bernyawa yang mampu membuat pembaca  ikut larut mengikuti dalam cerita. sastra adalah pantulan hubungan
seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat(Sapardi Djoko Damono, 1984:1).

Maka dapat diasumsikan bahwa fiksi dan kehidupan nyata saling terkait dan mempengaruhi. Sehingga fiksi bisa menjadi awal perubahan di dunia nyata 
dan atau sebaliknya, di mana realita yang ada di dunia akan mempengaruhi
perkembangan fiksi. Namun demikian apakah fiksi akan mempengaruhi dengan cara evolusi 
atau revolusi menjadi sebuah pertanyaan baru. Fiksi adalah sebuah
power of change yang memberikan kekuatan-kekuatan perubahan di dunia nyata. 

Sigmund Freud (Psikologis yang memberikan inspirasi kerangka berfikir/google)

Perubahan cepat (revolusi) dan perubahan lambat (evolusi) pada hakikatnya adalah sebuah perubahan yang dilatarbelakangi oleh rekonstruksi pemikiran tentang kejanggalan dan ketidak sejalanan antara harapan dan kenyataan. Dari sisi inilah fiksi berperan sebagai kekuatan perubahan yang menganalogikan dan merefleksikan harapan dalam sebuah penggambaran ideal yang diharapkan.


Untuk mengetahui jenis perubahan yang dimotori fiksi ini, ada baiknya mengenal dulu perubahan yang dimaksud. Pertama revolusi (bukan dalam konteks tata negara), adalah perubahan cepat terhadap paradigma lama yang dianggap tidak relevan dan merugikan khalayak pada umumnya. Sebagai contoh kebiasaan bertindak, berfikir dan menilai sebuah perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan dari perubahan tersebut tentu menuju pada sebuah wacana baru yang sudah menjadi harapan semua yang ada di dalamnya.


Untuk mempermudah, revolusi diri ini analoginya adalah jika seorang yang semula malas bekerja, menyukai hal serba instan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gemar melakukan hal negatif,  melalui revolusi yang dimaksud ini perubahan drastis akan mengubah ia secara total  menjadi rajin bekerja, tidak suka hal instan dan berfikiran panjang dan mengerti akan hubungan sebab akibat. Lalu ia yang semula melakukan hidup dengan desentralisasi ego (pendekatan emosional) menjadi cenderung menggunakan super ego (nurani/pertimbangan secara bijak). Yang perlu digarisbawahi pada perubahan ini adalah bahwa perubahan yang terjadi adalah instan (langsung dalam waktu yang cepat), perubahan ini diperoleh dari pergolakan jiwa/perasaan dahsyat lewat refleksi dan penghayatan yang dalam seorang penyimak terhadap fiksi,  yang akhirnya membuat perubahan-perubahan radikal dalam dirinya.


Revolusi diri berkaitan dengan dialek logika serta romantika dalam menjebol dan membangun. Dialektika yang dimaksud adalah usaha atau upaya perubahan struktural yang terkonsep melalui kesadaran pemikiran logika, sehingga sisi negatif atau positifnya sebuah perubahan telah dipertimbangkan dan menjadi kesimpulan berupa sebuah perubahan nyata. Romantika dalam revolusi diri adalah pemahaman historis tentang sebuah keadaan terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak sesuai  hingga perlu mendapat guncangan dengan cara menjebol dan membangun sesuatu yang baru. Dari pemahaman tersebut lahirlah tindakan integral dalam diri yang mendobrak, menimbulkan pemikiran dan wawasan baru untuk mengguncang keadaan pada saat itu. Perubahan tersebut harus dilakukan manakala sebuah paradigma lama telah roboh. Bukti fisik perubahan tersebut adalah tatanan pemikiran baru yang berbeda dari sebelumnya.


Perubahan yang kedua adalah evolusi (bukan dalam konteks biologi), adalah sebuah perubahan tatanan konsep pemikiran yang diwariskan dari pergulatan konflik batin. Dalam hal ini secara perlahan sifat-sifat dasar dari pembuat dan penyimak fiksi lambat laun akan mengikuti alur yang sesuai dengan karya fiksi. Sebagai contoh adalah penyimak fiksi yang bernuansa romantis akan senantiasa menggiring kepribadiannya dalam bersikap dan bertutur kata mengikuti karya karya fiksi yang disimaknya. Reproduksi pemikiran ini tentu akan berubah secara perlahan atau bermutasi dari yang sebelumnya jika penyimak fiksi itu kontinyu dan konsisten pada karya fiksi tersebut.


Tindak lanjut dari perubahan yang distimulasikan dari fiksi tersebut adalah adanya evolusi diri yang merujuk pada fiksi yang digelutinya. Dengan kata lain konsep ideal yang terdapat dalam fiksi akan membawa perubahan yang nyata dan dipraktekkan dalam kesehariannya. Dan perubahan evolusi diri ini akan terjadi juga jika dilakukan secara terus menerus dan konsisten pada sebuah tema yang sama.


Menurut penulis pendekatan sumbangsih fiksi terhadap kehidupan nyata jika merujuk pada opini di atas memiliki   kecenderungan sebagai evolusi diri bukan revolusi. Perubahan yang terjadi bukan dengan guncangan jiwa yang dahsyat namun perubahan nyata pola pikir struktural yang secara perlahan. “Rome wasn’t built in one day”.


Arahan sebuah pembuatan karya fiksi diketahui memiliki prioritas yang beragam. Dari kesemuanya itu kecenderungan bisnis, hiburan dan inspirasi yang ada didalamnya menjadi kesatuan yang memiliki keterkaitan. Adapun inspirasi yang mengandung nilai moralitas inilah yang menjadi hipotesa penulis bahwa fiksi memiliki sumbangsih terhadap kehidupan nyata yang positif. Bahwa fiksi bisa menjadi sumber kekuatan psikologis untuk mengubah pola pikir para penyimaknya, sehingga muatan moral tersebut secara perlahan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Signifikansi perubahan pola pikir dan kepribadian (ke arah yang lebih baik) yang dimotori fiksi tergantung pada intensitas para pelakunya. Sehingga kualitas dan kuantitas menjadi titik penentu besar kecilnya perubahan yang diperoleh. Sebagai bukti peran karya fiksi terhadap perubahan kehidupan nyata adalah adanya akselerasi logika berfikir yang diperoleh dari konstruksi plot-karakter-konflik-solusi dalam sebuah karya fiksi akan melatih pola berfikir dan memperluas sudut pandang melalui beragam konflik dan penokohan didalamnya.


Selanjutnya marilah kita membudayakan, mencipta dan menikmati karya fiksi sebagai inspirasi motorik perubahan yang mengandung nilai moralitas yang positif bagi kehidupan nyata. Seperti halnya mendongeng untuk anak  sesaat sebelum tidur yang akan memberikan inspirasi positif untuk mengasah imajinasi  yang amat penting bagi perkembangan kejiwaannya.


******O******

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.

.