Pagi itu, Ceri si anak Cendrawasih bertengger di sebuah dahan kering. Ibunya sudah berjanji tadi malam, bahwa hari ini Ceri akan diajari terbang. Itu memang sudah lama dia inginkan, bisa terbang diudara dengan bebas.
“Ibu! Ayo cepat bu, Ceri sudah tidak sabar untuk bisa terbang”
Ceri berkata dengan bersemangat. Dia menunggu ibunya dengan cahaya mata yang bersinar, bahkan sebelum ibunya bangun, Ceri sudah menanti terang di dahan pohon itu. Disana dia dengan sabar menanti ibunya yang masih sibuk mempersiapkan sarapan pagi.
Perlahan namun pasti, cahaya matahari mulai terlihat di sebelah timur. Sinar dengar warna itu Nampak lembut menyentuh awan, warnanya kuning keemasan diatas langit. Sementara di bagian bawahnya, masih terlihat bayangan gelap hutan yang luas. Pepohonan belum terlihat jelas, hanya pucuknya saja yang masih samar terlihat dibasahi embun pagi.
“Nak! Ayo sarapan dulu, supaya kamu nanti tidak kelelahan”
Ibu Ceri memanggil, Ceri kemudian dengan sigap melompat. Ibunya tersenyum, karena Ceri terlihat begitu bersemangat. Dan kemudian, setelah berdoa untuk makan, Ceri mematuk papaya segar itu sebagai sarapannya. Ibunya membelai sayap Ceri yang berwarna coklat tua. Sayapnya itu tampak indah dengan perpaduan warna coklat muda diatas punggungnya. Ekornya panjang, dengan warna kuning muda dan putih di ujungnya. Ceri adalah burung yang sangat cantik.
Paruh Ceri masih belepotan oleh papaya yang tadi dimakannya, kemudian ibu Ceri membersihkannya. Ceri diam mematung, namun sesekali kepalanya di gerakkan dengan cepat. Dia menggoda ibunya yang sedang membersihkan paruh mungilnya itu.
“Jangan nakal! Biar kamu cepat belajar terbang hari ini”
Ibu Ceri berkata sambil mematuk kepala Ceri perlahan, dia sangat sayang sama Ceri. Ceri hanya tersenyum sambil menunduk, dia memang suka menggoda ibunya dengan cara seperti itu. Apalagi kalo mau dimandikan, terkadang ibunya sampai kelelahan mengejar Ceri, dia berlari untuk menghindari ibunya yang akan memandikan.
“Nah, sekarang sudah terang. Ayo kita belajar terbang”
“Asiiik!”
Ceri langsung melompat ke sebuah dahan. Disana dia diam memandang pucuk pohon yang ada dibawahnya. Tampak segar sekali dengan embun pagi yang terlihat jernih disinari matahari pagi. Embun pagi masih terlihat, namun sangat tipis dan hampir hilang ditelan hangatnya cahaya matahari pagi itu.
Lama Ceri diam disana memandangi begitu luasnya hutan itu. Sesekali dia melihat pucuk pohon yang bergerak, sepertinya beberpa monyet kecil sedang berlarian diatas pohon itu. Ada juga burung-burung kerabat keluarganya yang terlihat terbang. Kicauannya juga sudah mulai terdengar, mereka senang menyambut kehangatan pagi itu.
“Bu apa yang harus aku lakukan untuk terbang”
Ceri berkata tanpa menoleh, sementara itu ibunya melompat sambil mengepakan sayapnya. Beberapa saat dia berada samping kanan Ceri. Hingga akhirnya dia berdiri memegang dahan yang sama dengan ceri, tepat dua langkah dari tempat Ceri berdiri saat itu.
Ceri masih diam memandang ke arah depan. Pandangannya seolah dia sedang merasakan berada diatas pucuk pohon. Terbang bebas dengan sayap dan ekornya yang indah, menikmati kehangatan cahaya matahari diudara.
“Melompatlah Ceri, kenapa diam saja. Kamu sudah bisa terbang, ibu sering melihatmu melompat sambil mengepakkan sayap. Kamu sebetulnya sudah bisa terbang, tak perlu belajar lagi nak”
Ibu ceri berkata dengan tenang, pandangannya menatap Ceri dari arah samping dengan tajam, Ibunya melihat ada ketakutan di mata Ceri. Ini memang penerbangan perdananya, Ceri belum pernah melompat langsung dari atas pohon setinggi itu.
“Tapi bu, aku takut jatuh. Aku belu belajar terbang seperti ibu, dan aku juga belu pernah melompat dari atas pohon setinggi ini”
Beberapa saat Ceri terdiam, Ibunya juga tidak berbicara. Kemudian Ceri menoleh kea rah ibunya. Nampak ibunya tersenyum dengan tenang, Ceri tidak terlihat begitu bersemangat seperti tadi. Ceri terlihat ketakutan saat ini.
Ibu Ceri kemudian mendekat. Dia membuka sayap kirinya dan memeluk menepuk punggung Ceri perlahan. Kemudian dia mulai mengatur nafas dengan perlahan, dan berkata kepada Ceri dengan sangat tenang.
“Ceri!… Kamu adalah Seekor burung nak. Sudah takdirmu untuk bisa terbang, Jangan takut terjatuh. Ibu sudah melihatmu beberapa hari ini, melompat dengan jauh dan kepakan sayap yang lebar. Lihatlah sayapmu ini sudah bisa kau buka dengan lebar, helaian bulunya juga sudah keras dan memiliki kekuatan”
Ibu Ceri berhenti berkata, dia membatu ceri membuka lebar sayapnya. Nampak sayap ceri yang indah itu terbuka lebar, Ceri tidak berkata kata. Dia hanya melihat sayapnya yang dibuka itu, kemudian dia membuka sayap sebelah kirinya juga. Beberapa saat dia melihat sayap kiri dan kananya. Kemudian ibunya terdengar berkata lagi.
“Melompatlah! Dan buka dengan lebar sayapmu ini Ceri. Ingat! Kepakkan sayapmu jika kamu ingin naik lebih tinggi, dan kendalikan dirimu di udara dengan sayapmu yang kuat ini. Kamu adalah burung, tidak mungkin tidak bisa terbang. Tinggal kamu berani saja mengendalikan semuanya. Jangan takut! Karena ibu akan mengikutimu dari belakang”
Mendengar perkataan ibunya itu, Ceri mulai tampak bersemangat lagi. Kini tatapan dengan perasaan takut itu telah sirna dari matanya. Ceri kembali bersemangat untuk memulai penerbangan perdananya.
Ceri kemudian membuka sayapnya lebar sekali, hingga ibunya bergesar menjauhi Ceri dua langkah. Ceri sudah bersiap melompat dengan sayap dibuka lebar. Sesaat sebelum Ceri melompat, ibunya berkata. “Kamu adalah burung Ceri, kamu pasti bisa terbang”
Seketika itupun Ceri melompat ke arah depan. Dia langsung membuka sayapnya lebar, Ceripun melayang diudara, dia tidak sadar bahwa dirinya semakin turun ke bawah. Hingga terdengar suara ibunya yang mengikuti dari belakang.
“Kepakkan sayapmu Ceri, ayo naiklah lebih tinggi!”
Seperti terhiponotis, Ceri mengepakkan sayapnya seketika. Dia mulai naik dan menjauhi pucuk pohon yang ada di bawahnya, ibunya kembali berteriak agar Ceri terus naik ke atas. Ceri pun semakin mengepakkan sayapnya untuk terbang lebih tinggi lagi.
“Nah sekarang kendaliakan dirimu diudara Ceri! Kamu tidak akan jatuh, puaskanlah penerbangan pertamamu ini. ibu akan mengawasimu dari pucuk pohon”
Ceri tersenyum dalam penerbangannya itu. Dia berputar-putar mengelilingi ibunya yang bertengger di sebuah pohon kering. Ceri terlihat berlinang air mata, dia megitu menikmati pemandangan indah dari udara. Hutan luas itu terlihat indah dengan penghuninya yang terlihat menghangatkan badannya pagi itu.
Setelah Ceri merasa lelah, kemudian dia mendekati pohon yang ibunya tunjuk tadi. Disana ibunya terlihat tersenyum memandagi Ceri yang sukses dengan penerbangan pertamanya itu. Ibunya terlihat sangat senang sekali.
***O***
Bersambung
di blog ini sangat banyak info yang sangat bagus
ReplyDeletelanjutkan terus gan