Hujan ini begitu besar, membawaku dalam dingin yang sangat,
Ketika aku yang menggigil ini tak lagi merasa dingin, tak juga hangat, tak lagi rasa untukku dalam menarik nafas.
Kemana saudaraku yang dulu memangku waktu kecil?, kenapa kalian tak lagi mnyelimutiku yang tadi kedinginan.
Aku tak perlu lagi kau tengok saat ini, aku tak lagi meminta kalian menyediakan kado ulang tahun.
Cita cita itu terlalu terlambat untukku, perwujudan apapun tak perlu lagi kumiliki.
Dalam cahaya yang tak nampak ini aku sendirian, tak perlu lagi kalian mengundang siapapun tuk temaniku.
Sandainya ada rasa sakit lagi yang kupunya, aku tak akan meminta kalian mengobati apapun, biarlah sakit itu berlalu, biarlah hilang bersamaku yang tak akan bangun lagi.
****
Dalam penantian ini aku merasa bersalah, telah kuhabiskan setiap tarikan nafas ini dalam aroma yang indah, menina bobokan nuraniku terlelap, koma dalam senyuman miris, terlena dalam bisikan bisikan semu yang seolah nyata.
Nafsu itu terlalu membutakan mata hatiku, mereka yang kusakiti tentu tak sesakit diriku sekarang, mereka yang dulu ku injak injak perasaannya, pasti tak rasakan luka yang sama,
Aku menyesal kenapa semuanya begitu terlambat, dalam kesendirian ini aku baru takut menghadapi gelapnya hari yang kulalui, betapa aku takut akan diriku, yang dulu selalu mengumbar amarah, melacur nafsu dan habiskan harta dengan jalan yang salah.
Aku yang tak lagi kuat menahan dingin ini, ingin sekali kumuntahkan semua yang tlah kutelan tanpa rasa, kepedihan mereka yang tlah kucicipi satu persatu, yang membuatku buncit dengan dosa yang tak aku kenali dulu.
Dimana aku saat itu, ketika mereka memanggilku dengan seruan seperti ini, seruan yang masih juga aku terjaga dari mimpi, seruan yang membuatku kering mengeluarkan air mata.
Dalam gelap menjelang pagi ini aku tak kuasa lagi hadapi hari esok, terlalu lelah aku rasa dingin ini, terlalu takut aku hadapi dingin di hari berikutnya, esok tentunya dingin ini pasti menungguku, dengan wajahnya yang sangat aku takuti selama ini.
Seruan ini adalah seruan yang sama, selalu aku dengar dalam waktu seperti ini, aku hendak menuju kamu wahai suara, namun aku takut kalian tak lagi menerimaku sebagai tamu.
Seruan yang tak pernah aku jawab itu seakan tanpa lelah memanggil, berganti hari namun tak pernah berubah, selalu membuatku gemetar mendengar nama Nya.
Seruan ini terkadang membuatku takut melangkah, aku ingin disini saja, menunggu suara itu datang kembali, dan aku takut aku tak akan mendengar lagi seruan, itu jika aku jauh darinya, aku selalu rindu seruan itu, yang membuatku sadar masih berada dalam kefanaan ini.
****
Ketika tiba saatnya nanti, aku hanya ingin mereka yang menguburku berikan pesan, sebuah tulisan indah dalam batu yang tak akan berdaun.
Sungguh aku tak perlu perayaan yang meriah, berikan saja aku nisan yang tak baguspun aku kan terimanya, dalam bentuk seperti apapun aku tak akan menolak.
Aku tak akan bisa bangkit dari sana, aku tak bisa lagi mengukir nama disana, aku tak bisa lagi merangkai kata kata perpisahan.
Aku ingin mereka tau, siapapun itu yang mencariku, siapapun yang ingin memaki dan mengencingi diriku terbaring.
Seandainya masih ada dendam mereka yang tersisa, ludahi saja namaku yang tertera disana, dan biarkan mereka tau aku tepat berada dibawahnya, aku yang tak sempat meminta permohonan maaf, aku yang yang dulu lupa akan kata maaf itu.
Biarkan nisan itu terukir dengan namaku saja, biarkan mereka tau aku menyendiri disini.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.