Home » » Serangan Pajar, Nafsu yang Memburu

Serangan Pajar, Nafsu yang Memburu

“ay”
“apa sayangku?
“ayangku”
“hmmm…mulai deh lebay, pagi pagi begini dah lebay aja”
“emang lebay ada waktunya? apa harus malam aja..hehehe”
“ah ada ada aja..muach”
“aduh baru bangun udah……………muach”
Beberapa kecupan itu terdengar lembut, hangat, intim, satu kali, dua kali dan berikutnya terdengar berkali kali, bersahutan dengan beberapa nafas yang memburu, spray putih diatas kasur yang belum sempat dilipat itu terjatuh dari kediamannya. Tembok tebal yang berdiri tegap itu seakan menjaga kedua insan ini melepas birahi, berenang dalam indahnya asmara, nafsu nafsu yang bergelora semakin menggila dalam dinginnya pagi ini.
Dinginnya pagi ini terasa begitu panas untuk mereka yang sedang hanyut dalam kenikmatan, memburu dan diburu adalah strategi yang dilancarkan keduanya, saling menyerang, membara, membakar, menyulut api rangsangan, dan dibalas dengan serbuan brutal. Layaknya perang dunia kedua, serangan serangan itu bertubi tubi, menyerangnya, menghantamnya, dengan segala tehnik segala kemampuan di kerahkan, segala posisi di coba mereka., missionaris, klasik, ektrem, nakal, liar bahkan beberapa jenis lagi yang tidak ada dalam kamus istilahnya.
Tetesan keringat dari keduanya seakan menjadi pertanda bendera putih itu dikibarkan, apakah salah satunya menyerah, atau menyerah dari kedunya, atau menang salah satunya?, hakim garis itu tidak ada, wasitnya pun hanya terdiam membisu tak bisa berkata kata dan tak akan berkata kata,
Guling bantal dan selimut yang berserakan menjadi saksi ketika keduanya saling menyatakan menyerah, menang secara bersamaan., lampu diatas mereka yang menyala samar soalah ingin menutup cahanya, membiarkan mereka menikmati susana cahaya minimum.
Beberapa waktu berlalu, kini mereka terdiam, menikmati indahnya terbang bersaman kenikmatan, seakan lepas, bebas, lemas lunglai, tak berdaya lagi.kedunya benar benar menyerahh kali ini, tenang dalam kedamaian cinta kasihnya.
Tak ada lagi kini nafas nafas yang maburu, hilang sudah serangan demi serangan yang dilancarkan beberapa menit yang lalu, mereka benar benar tenang kali ini.
Dalam kedamainya, pria berkulit putih itu mengecup keningnya,sambil berkata
“aku cinta kamu, Mawar”
Dan selanjutnya tak tedengar apapun, keduanya larut dalam mimpi indah, mimpi dalam tidur lelapnya yang terpotong serangan fajar pagi ini.
****

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.

.