Adalah Rini seorang pencinta fiksi Tintin yang bisa mengharumkan nama Indonesia dalam kancah dunia Hiburan khusunya film animasi kartun Hollywood. Sungguh kebanggan tersendiri bagi masyarakat Indonesia ketika mengetahui bahwa Rini memang memiliki peran besar dalam pembuatan karakter kartun dalam pembuatan karakter fiksi seorang jurnalis berjambul bernama Tintin itu.
Rini yang saat ini bekerja sebagai animator di perusahaan WETA digital di Selandia Baru, baru-baru ini ikut menggarap film "The Adventures of Tintin." Sebelumnya, Rini yang adalah lulusan S2 dari Academy of Arts di San Francisco, California rela untuk meninggalkan pekerjaan dan kehidupannya di Amerika dan pindah ke Selandia Baru, setelah mendapat tawaran untuk menggarap film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini. “WETA waktu itu lagi hiring untuk 'Tintin' sama 'Rise of the Apes.' Lalu setelah itu saya ditelepon. Katanya, 'Mau pindah ke Selandia Baru atau nggak? Saya grew up dengan Tintin, sewaktu masih kecil baca Tintin terus. Akhirnya saya nggak bisa nolak dan pindah ke sini tahun kemarin,” tutur Rini via telepon kepada VOA. (http://www.voanews.com)
Di indonesia sendiri, sejak dahulu kala memang mengenal dongeng Fabel lengkap dengan segala nilai moral yang terkandung dalam ceritanya. Seperti halnya cerita Si Kancil, Kura-kura, monyet dan sebagainya. Selain itu tokoh karakter kartun seperti Bona dan Rong-rong menjadi salah satu kisah Fabel yang cukum di kenal di Indonesia (beberapa tahun silam).
Perkembangan Fabel di Indonesia memang tidak secepat perkembangan fabel di luar negri. Dalam hal ini semisal perbandingan fabel yang ada di Indonesia jauh ketinggalan jika melihat perkembangan fabel yang ada di Amerika dan Eropa.
Dalam tayangan televisi yang digemari anak anak pada saat ini misalnya, keakraban aneka fabel dengan anak-anak begitu di dominasi oleh tayangan dari luar negri. Padahal biodiversity (keanekaragaman hayati) yang ada di Indonesia sangat potensial untuk dijadikan sebuah karater fiksi.
Alasan peralatan taknis dan minat produser untuk menggarap karakter kartun mungkin menjadi salah satu penyebab kurangnya produksi film animasi fabel di Indonesia. Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat disayangkan, mengingat pangsa pasar fabel cukup menjanjikan menjadi sebuah produk hiburan yang menjadi pilihan untuk anak-anak. Hal tersebut dikarenakan sumber daya alam dengan keaneka ragaman hayati serta cerita lama, legenda serta dongeng yang begitu banyak untukdiangkat menjadi salah satu karakter fabel dalam bentuk Audio Visual.
Semoga saja kedepannya Fabel dari Indonesia bisa menjadi produk hiburan yang dikenal di dunia seperti halnya Tintin dan anjing kecilnya. Karena potensi untuk mewujudkannya begitu besar.
***
Penulis adalah salah satu pengelola website berisi dongeng untuk anak-anak. Untuk menulis, atau membacanya bisa di kunjungi Dongeng Anak Nusantara
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.