Kebanggan buatku ketika aku mengikuti satu demi satu tahapan ujian waktu itu. Harapan besar dan penantian yang semakin memupuk semangat dan motivasi tinggi. Aku menghimpun segala kekuatan dan kemampuan demi menuju puncak yang diharapkan. Ayah! Ibu! Aku kan selalu berusaha. sebaik baiknya dengan semua yang aku miliki. Doa dan semangat dari kalian akan selalu mengiringi langkahku kesana.
Hari yang diharapakan itu segera tiba. Waktu yang dinantikan itu kan segera hadir. Saat-saat mendebarkan ketika menjelang pengumuman hasil semua ujian yang kulalui. Satu persatu nama itu aku baca. Dengan teliti dan tak akan aku melewatkan smua nama yang berderet panjang itu. Dan aku berhenti membaca disini. tepat pada sebuah nama yang berada satu senti dari ujung telunjuk tangan kananku. Aku mengulangi membaca nama itu dngan hati berdebar sangat kencang. darah seakan mangalir dengan deras kesemua aliran urat nadiku ini. Mata ini seakan tak mau berkedip membaca lagi. Dan lagi!.
Nama itu adalah namaku. Pada kelulusan yang dipajang sebagai pengumuman resmi. Nama itu kuyakini adalah namaku, karna nomor yang tertera adalah nomor yang sama sebagai identitas ini. Nomor itu aku hafal karna aku mendambakannya sebagai nomor identitas kepegawaianku. Dan saat itu, aku seakan tak kuasa menahan tangis haru dan bangga. Ibu! Ayah! Aku adalah Polwan. Inilah yang aku inginkan sejak lama. Aku Lulus!.
****
Hari berganti hari. Setiap minggu kulalui sebagai abdi negara. Mengayomi dan melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Inilah aku yang akan selalu ada. Inilah aku yang akan selalu menjaga kelengkapan dan keteraturan administrasi dalam kesatuan ini.Sekian bulan berlalu tahun demi tahun berganti seakan tak terasa lagi. Kini anakku bertekad menjadi bagian dari kesatuan yang sama sepertiku. Aku bangga dengan sangat. Karena dia akan berjuang tanpa campur tanganku sebagai ibunya. Nak! Ibumu ini dulu berjuang semampu dan sebisa yang ibu miliki. Berjuanglah! Dan berjanjilah untuk selalu melakukan yang terbaik. Dan jangan pernah sekali-kali meminta pertolongan dengan cara yang tak wajar. Jangan berharap ibu akan merestuimu melakukan ketidak benaran. Lakukanlah semampu yang kau bisa! Ibu akan selalu mendoakan dan mendukungmu.
Saat ini adalah saat ketika ibu mengulang apa yang terjadi sebelumnya. Ibumu ini adalah seorang ibu yang tak bisa berkata kata lagi kali ini. Ibu hanya bisa menangis untuk ucapkan rasa syukur dan kebanggan terhadapmu. Kau adalah anak yang tak bisa kupungkiri. Memberikan ibu segudang kebanggaan. Ibumu ini terlalu bangga hingga tak kuasa lagi menahan air mata. Ibu bangga kau telah menjadi seorang Polisi. Sebagai cita-citamu sejak kecil.
Anakku! Penghormatan ibumu ini adalah penghormatan sebagai seorang ibu saja, bukjan senior dan atasanmu. Dan jadikan ini sebagai perjanjian diantara kita. Berjanjilah! kau tidak akan menyalah gunakan keberadaanmu sekarang ini. Dimanapun dan kapanpun. Kau harus jujur dalam melaksanakan semua tugas. Melindungi dan mengayomi. Jangan pernah melakukan kecurangan apapun. Karna ibu tidak akan merestuinya. Sampai kapan pun dan dengan alasan apapun.
****
Anakku! betapa kali ini tangisku begitu berbeda. Air mata ini mengalir dengan perasaan yang lain. Tidak sama dengan sebelumnya. Aku memang merestui dan merlakan kepergianmu kemanapun. Aku tidak pernah merasa kehilangan. Karna ibu sadar, itu adalah keharusan sebagai kewajibanmu dalam melaksanakan tugas. Tapi, kepergianmu untuk selama-lamanya ini, adalah hal yang begitu membuat hatiku teriris. Meskipun itu adalah resiko dan sepenuhnya menjadi keadaan yang wajar. Itu adalah tugasmu yang harus dilakukan dengan segala resiko yang harus dihadapi.Sebelumnya, ibu dengan Bangga melihatmu pulang dengan seragam yang aku banggakan. penghormatan dengan gaya militer itu aku balas dengan penuh kebahagiaan. Sesaat sebelum aku memelukmu sebagai seorang ibu. Karena bagaimanapun juga. Aku adalah ibumu. Aku adalah perempuan. Dan kau adalah anakku yang aku bangggakan.
Nak! ketahuilah! Ibumu ini masih menginginkanmu pulang seperti dulu. Serupa dengan tahun sebelumnya. Tak perlu kau membawa bingkisan dan buah-buahan. Ibu hanya ingin kau pulang dengan kerinduan yang sama seperti sebelumnya. Ibu masih merindukan itu. Dan ibu akan selalu merindukan itu. Kau pulang dengan senyuman dan penghormatan bergaya militer di depan pintu rumah kita ini.
Kali ini. Pupus sudah semua pengharapan itu. Kau telah datang di gerbang halaman. Lengkap dengan ambulan dan peti mati yang membawamu dengan posisi terbaring. Dengan mata tertutup yang tak akan terbuka lagi. Entah tangis seperti apa yang aku keluarkan. Namun aku tak tau lagi bagaimana harus ku ungkapkan, semua perasaan ini. Tangisku ini, adalah rasa yang tak bisa kujabarkan lagi. Anakku mati dalam melaksanakan tugasnya .
Ingin rasanya ibu menghormatmu dengan gaya militer seperti sebelumnya. Rindu rasanya ibu memelukmu. Namun apa daya, ibu harus menyambut kedatanganmu yang tidak bernyawa kali ini. Maafkan ibu! Ibu tak sanggup untuk menyambutmu dengan pakaian lengkap sebagai seorang Polwan. Ibu tidak sempat memakai baju kebanggan itu. Karna ibu terlalu sibuk dengan perasaan sedih yang menyelimuti ini.
Anakku! Doaku kali ini adalah doa dengan perjanjian. Bahwa ibu akan mengenangmu sebagai pahlawan. Karna ibu tidak akan lupa akan begitu besarnya perngorbananmu dalam melaksanakan tugas. Hingga kematian itu berada sejengkal dari jantungmu berdetak. Kematian yang mengikutimu setiap saat. Hingga ia menyapamu untuk pertama dan terakhir kalinya.
Anakku! Terimalah pernghormatanku yang terakhir ini. Dan yakinlah! Ibu akan selalu mendoakanmu dialam sana. Semoga berada dalam kedamaian dan keindahan yang abadi. Selamanya....
Amiin....
****O****
Tulisan ini semoga menjadi doa. Untuk ketiga Polisi yang telah melaukan tugasnya. Hingga kematian itu datang. Amiin....
makasih gan atas informasinya,,,bermanfaat sekali
ReplyDeletesukses terus ya