Sebagai salah satu kegiatan rileks yang bertujuan menghibur anak, dongeng diyakini ampuh menjembatani kedekatan antara orang tua dan anak. Disisi lain dongeng bisa menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan nasihat orang tua kepada anaknya. Namun, kini perkembangan dongeng kian terkikis oleh begitu membumingnya beragam hiburan untuk anak dengan media elktronik. Selain itu, dongeng memang memiliki tingkat kesulitan dengan beragam kendala didalamnya. Dengan alasan inilah eksistensi dongeng kian memudar.
Kendala yang biasa di hadapi orang tua dalam mendongeng untuk anak anak adalah lebih besar di miliki orang tua. Susahnya referensi dongeng, kesibukan dalam aktifitas sehari hari orang tua dan kecenderungan anak menikmati hiburan elektonik, menyebabkan keberadaan dongeng untuk anak menjadi kian jarang dilakukan orang tua kepada anaknya. Keadaan memprihatinkan itu pun semakin memburuk, ketika keberadaan pengelola hiburan yang hiburan modern (elekronik) semakin gencar melakukan promosi dan pemasaran produknya, sementara jenis hiburan traditional (khususnya dongeng) semakin berkurang peminatnya.
Dengan Alasan diatas, PARADOK (nama group dan kegiatan) sebagai sekelompok kompasianer yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi dongeng. Mencoba menggalakan dan menumbuhkan semangat dalam mendongeng. Dengan harapan dongeng anak bisa kembali di gemari orang tua dan anak sebagai media untuk kegiatan rileks (hiburan) yang memiliki nilai budaya dan moral yang baik di dalamnya.
Salah satu bukti dari kegiatan tersebut adalah dengan menganalisa dan mencari solusi tentang sekelumit kendala yang ada dalam mendongeng. Sehingga kendala dan kesuliatan tersebut bisa diminimalisir.
Berikut adalah Trik dan tips yang di peroleh dari berbagai sumber dan pengalaman. Kemudian diolah menjadi sebuah ringkasan tulisan yang diharapan bisa menjadi salah satu pencerahan bagi orang tua, agar dongeng dapat dilakukan dengan mudah dan di senangi oleh anak. Selain itu dongeng yang dilakukan bisa memberikan nilai nilai positif yang di tanamkan dari isi cerita di dalamnya.
Berapa lama, kapan dan dimana sebaiknya mendongeng dilakukan?
Jika orang tua sudah terbiasa mendongeng, pasti bisa memperkirakan berapa lama waktu untuk mendongeng, karena waktu tersebut tergantung bagaimana anak bisa menerima cerita itu. Sehingga pada bagian mana harus berhenti untuk jeda dan bahkan menghentikan dongeng yang sedang berlangsung tersebut akan mengetahuinya. Hal ini dikarnakan lama waktu mendongeng terkadang hanya bisa ditentukan dengan melihat/memahami respon dari anak yang mendengarkan dongeng tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan kita bisa mengacu pada pada ungkapan orang yang berkompeten dalam mendongeng seperti Laura Numeroff, pengarang dan ilustrator cerita anak-anak terlaris versi New York Times. Menurutnya “mendongeng cukup sekitar 20 menit setiap malam”. Dari sini kita bisa memperoleh rujukan waktu sebagai perkiraan untuk mendongeng adalah sekitar 20 mnit. Adapun pada pelaksanaannya tentu kita dapat memperoleh ketepatan waktu tersebut. Karena jika sudah memulai mendongeng maka kita akan mengetahui berapa lama waktu itu dibutuhkan. Disini pun tentu waktu itu akan relatif lama atau justru lebih singkat, karena situasi dan kondisi pada kenyataannya tentu akan berbeda dari setiap kali mendongeng.
Mengenai waktu yang tepat untuk mendongeng, memang seperti menjadi kebiasaan yang sejak dulu dilakukan adalah pada saat menjelang tidur. Hal ini dilakukan karena, dongeng akan memberikan imajinasi pada anak yang sejenis dengan mimpi. Perlu kira sadari bahwa mimpi (mimpi indah) akan memberikan dampak yang sangat positif terhadap perkembangan psikologi anak. Maka, ketika dongeng yang menarik yang di isi dengan muatan moral, diharapkan akan dilanjutkan dalam mimpi anak, sehingga keindahan dan pesan moral dalam dongeng tersebut akan menjadi bagian dalam alam bawah sadarnya. Dengan ini pesan pesan moral yang telah mengendap dalam jiwa anak tersebut terkadang bisa di ingat hingga sang anak tumbuh menjadi orang dewasa.
Selain pada saat menjelang tidur, dongeng bisa dilakukan pada saat saat rileks atau santai. Seperti pada saat rekreasi/piknik misalnya, karena seperti yang menjadi salah satu tujuan mendongeng adalah memberikan hiburan dalam aktifitas rileks. Namun demikian pada saat di sekolah atau pada moment tertentu di luar rumah, tidak akan seefektif mendongeng secara personal antara orang tua dan anak di rumah. Karena disamping mendapatkan hiburan dan pesan moral yang ada. Mendongeng akan menjembatani kedekatan emosional antara orang tua dan anak.
Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak?
Setelah mengetahui perkiraan waktu untuk mendongeng, sebaikya kita juga mengetahui bagaimana cara mendongeng agar menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus dapat memberikan pesan moral yang ada dalam dongeng tersebut. Adapun langkah langkah ,medongemg antara lain :
Pertama, menguasai materi dongeng secara utuh. Dalam hal ini keseluruhan cerita dalam dongeng yang akan diceritakan harus sudah dipahami nolh pendongeng, baik dalam penokohan, situasai, karakter hingga pesan moral yang akan ada dalam dongeng tersebut. Sehingga kita akan mendapat gambaran pada bagian mana anak akan tersenyum, tertawa atau mengangguk tanda mengiyakan ungkapan atau pesan yang ada dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini tentu beberapa jeda harus ada pada saat saat tertentu. Ketika anak meresapi pesan moral misalnya, atau sesekalimemang kita harus memberikan jeda saat anak menyenangi momen-momen tertentu.
Kedua, memilih tema dan media yang sesuai. Dari sekian dongeng (fable/cerita binatang, cerita biasa dan lelucon) orang tua wajib untuk memilih isi cerita trsebut yang sesuai. Disini dongeng yang menarik/menghibur trsbut harus bnar benar dinging yang memiliki pesan pesan moral yang baik. Ini adalah sebagai antisipasi dari kemungkinan ada dongeng yang memiliki ketidak tepaan tema untuk perkembangan psikologi anak. Seperti contoh dongeng legenda yang memiliki romantika percintaan orang dewasa yang terlalu kompleks (contoh percintaan ibu dan anak dalam cerita sangkuriang). Selain itu pilihan gambar/ media yang ada diusahakan bisa membuat anak semakin terpicu untuk berimajinasi, dengan gambar yang penuh warna warna yang indah dan gambar gambar yang menarik.
Ketiga, memperisapkan konsentrasi sebelum memulai dongeng. Disini kita harus bisa melihat kesiapan anak untuk mendengarkan dongeng. Jadi, kondisi anak harus terlebih dahulu dipersiapkan senyaman mungkin sehingga dalam menyimak dongeng yang diberikan sudah dalam keadaan yang benar (konsentrasi dan fokus). Dengan demikian semua isi dongeng baik itu hiburan dan pesan moral yang ada di dalamnya akan tersampaikan dengan baik.
Keempat, memulai dengan awalan yang benar dan indah serta melakukan improvisasi secara kreatif dengan segenap penghayatan. Dalam hal ini awalan yang baik adalah awalan dngan kata yang membuat anak terhipnotis dan bersemangat untuk memasang imaji merka, contoh kata yang bisa diberikan adalah : Pada suatu ketika, ketika itu, pada jaman dahulu ( semuanya dilakukan dengan retorika yang bisa mengantarkan anak untuk sesegera mungkin merimajinasi tetang Sesuatu yang ada dalam dongeng tersebut). Pada saat mendongeng retorika kita pada setiap tokoh diusahakan sebisa mungkin mengikuti karakter tokoh tersebut. Sehingga anak akan semakin cepat untuk membentuk setiap karakter tokoh tersebut dalam imajinasinya.
Kelima, mengakhiri dongeng dengan menyisipkan/mengulangi pesan pesan moral. Pada bagian ini menjadi poin penting dimana pada saat selesai dongeng diberikan, anak akan cepat menangkap dan mengingat pesan yang akan disampaikan. Sehingga dengan kita memberikan pesan yang baik sebagai penutup, anak akan menyadari bahwa dongeng telah selesai. Pada saat inilah anak akan menyimpulkan (tanpa disadarinya) tentang seluruh isi cerita yang telah di dengarnya. Maka dari itu, jika kita membantunya dengan memberikan ulasan/mengulang poin poin penting tentang pesan moralnya maka anak akan lebih cepat pula merekamnya.
Darimana mendapatkan dongeng?
Terkadang ketidak tahuan orang tua tentang beragam pilihan dongeng menjadi salah satu penyebab kurangnya dongeng diberikan kepada anak. Dan ini semakin menambah begitu jarangnnya dongeng diberikan kepada anak. Berikut ada 2 cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan dongeng. Yang bisa digunakan atau hanya dibuat sebagai referensi dalam membuat dongeng.
Cara yang pertama adalah cara klasik, yaitu dengan mencari sumber dongeng dari toko toko buku atau mncari inspirasi dongeng dari sumber cerita yang beragam, contoh dari cerita orang lain dan kisah-kisah rakyat yang ada di sekitar kita. Selain itu bisa juga dari kehidupan sehari hari yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dongeng yang bisa dipahami dan disukai oleh anak.
Berikutnya cara yang kedua adalah cara modern. Disini kita bisa menggunakan media internet untuk hunting (berburu) dongeng dengan cara mendownload E-book dongeng, mencari dongeng dari berbagai fasilitas web, blog, note dll yang salah satunya tersedia juga bisa didapat di kompasiana.
Cara mudah untuk mendapatkan dongeng di Internet adalah dengan menulis beberapa kata atau kalimat yang berhubungan dengan dongeng di tab kosong (browsing). Contoh kita bisa menuliskan “kumpulan dongeng anak nusantara”, “dongeng anak”, “cerita rakyat”, “kumpulan fable” dan lain lain. Selain itu kita juga bisa menuliskan penulis/pengarang dongeng anak seperti : Grimm, H.C Andersen, Laura Numeroff, Kusumo Priyono ( Kak Kus), PM Toh dan lain lain.
Demikianlah tulisan ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua yang ingin memberikan dongeng sebagai kegiatan rilek yang menghibur dan menginspirasi anak dengan menanamkan nilai-nilai moralitas yang ada dalam dongeng tersebut. Mari kita budayakan dongeng yang bisa menjembatani kedekatan emosianal orang tua dengan anak.
*****O*****
Maka, rajin-rajinlah mendongeng untuk nakamu kelak (bila sudah tak lagi tersingelisasi, hehe(...
ReplyDelete