Langkah ini telah terhenti
Gontai
Berat dan pasrah
Tanpa harap
Tanpa mimpi
Ya…aku lelah pada jalan ini
Labirin jalan yang tak ku tahu ujungnya
***
Rumit
Bingung
***
Aku tersentak dalam lamunanku
Aku masih di depan labirin jalan ini dan tak beranjak
Hanya diam dalam lamunan
Kapan aku bisa menemukan ujungnya?
Kenapa aku masih berdiri disini?
Ah…Tolol………..!
***
Tidak usah lagi melangkah, tendang dan injak injak saja semuanya sayang, apa yang ada di hadapanmu adalah ketakutan yang kau buat sendiri, kerumitan yang ada dalam dirimu sendiri, kau yang membuat dirimu dalam dilema tak menentu itu.Ingin kubakar, ingin ku meludah di mukanya biar kebingungan ini tak semakin menyesatkanku, kau adalah penjelmaan resah yang selama ini menghantuiku, membawaku dalam alam yang tak lagi nyaman.
Tak lagi ludah itu mendarat dipipiku, yang telah kau lumuri kotoran, mempermalukanku dengan sikapmu yang gelendotan, diantara bahu lelaki temanku dan temanmu. Perselingkuhan itu adalah sesuatu yang membuatmu bingung melangkah, camkan itu wanita jalan!.
Kau tahu sayang?, kenapa ku beranjak dari tubuh lelaki yang kutemui, berlalu lagi dengan lelaki yang baru lagi. Kau pun tak berkaca kenapa, kau pun membisu, kau berubah buta!. Saat ku telanjang di depanmu kau malah memanggilku dengan nama pelacur!. Dimana perasaanmu berada saat itu?, tidakkah kau meraba betapa sakitnya hatiku saat itu, perasaan sakit yang kurasa hingga sekarang.
Aku tak berselara lagi, menidurimu yang telah bercampur darah lelaki lain, siapa dia aku tak perduli. Menjamahmu yang telah dijamah dia dan mereka itu, tak ada kata yang aku suka menyapanya, tak ada suara yang layak aku keluarkan, hanya “Cuih“, itu saja.
lihat!, kau membuangku seperti bangkai, pikir dengan otak tololmu, dari mana aku bisa membelikanmu mobil mewah dan uang setiap harinya, kalau bukan dari mereka yang meniduriku!, sebenarnya kau tahu kan?, apa kau pura-pura menjadi lelaki picik yang hanya menikmati tubuh dan hartaku?.
Ya, aku tau itu, kau memang terlalu meremehkanku, penghasilanku yang tak sebanding, lalu kau jadikan itu alasan melacur sesuka hati?. aku mengaku anakmu itu yang entah siapa bapaknya. apakah kau tak sadar?, aku begitu benci melihatnya yang tak mirip diriku dan dirimu, karena ia terlahir dari bibit yang tak tau dimana dia sekarang?. Uang, uang dan uang, apa lagi yang kau pikirkan selain itu, hah!??.
Harusnya kau malu, harusnya kau mentololkan dirimu kenapa aku harus menggadaikan tubuhku. Demi kamu sayang, demi kita, aku tidak ingin kita sengsara, tapi kau menutup telingamu dan tenggelam dalam kenikmatan hasil tubuhku. Tidak kah kau lihat senyumnya, bentuk jari jemarinya, matanya, apakah kau benar-benar mengingkari itu semua sayang?picikmu sudah menodai perasaanku dan perasaanya!.
Aku harus malu padamu yang teriak sebarkan sesat? berbisik benihkan kebencian?. Kau yang menjebakku, bersujud dihadapku meminta pertanggung jawaban? sementara anak haram itu terlahir 5 bulan setelah aku membuahinya?apa gerangan yang ada di benakmu?. Sudahlah aku muak dengan ocehanmu tentang harga diri, tentang norma, tentang kasih sayang, tentang sumuanya yang hanya sampah belaka.
Tidakkah kau melihat kemiripan dengan anak ini, kalian sedarah, kau tak bisa memungkiri hal itu , sayang. Aku tak tahu, apakah hari ini aku harus jujur denganmu. Apakah kau mau memaafkanku jika aku berkata sebenarnya?. Anak ini adalah anak saudaramu, dia hasil mani abangmu yang masuk rumah sakit jiwa, ketertekanan mentalnya, akibat keluargamu yang memaksa dia untuk menjadi seperti yang mereka inginkan.
Apa kau tega dan mampu memusnahkan darah keluargamu sayang?, bahkan darah kakakmu sendiri. Dulu aku memohonmu menikahiku karena anak ini adalah anaknya, anak dari kakamu yang memperkosaku berkali kali.
***O***
Kata kata kotor, imbuhan dan pelengkap yang dipadukan dengan nama-nama binatang, kerapkali terdengar dari kelurga itu. Para tetangga yang sudah satu tahun ini sedikit resah, pecahan piring dan gelas itu sesekali mengagetkan merka di tengah malam, siang hari, bahkan subuh sekalipun. Keluarga itu tak lagi mengobrol, apalagi berbisik, karna teriakan yang dominan keluar dari setiap sudut rumahnya, makian lebih tepat jika dikategorikan.
Keharmonisan kadang tak kalah mereka tunjukkan, keluar rumah bergandengan, dengan beberapa ciuman kecil di masing masing pipinya menjadi pameran rasa cinta diantara mereka. Sesekali desahan mereka di malam hari terdengar keras, menjadi suara-suara yang mengisi malam mereka, yang terdengar hingga ruang tamu tetangganya, cukup nyaring hingga membuat tetangga merasa tak karuan.
****
Hari ini tak lagi terdngar suara apapun dari rumah itu, pasangan ektrim yang di juluki para tetangga, Julukan yang menjadi rahasia umum, penamaan yang dengan sedirinya menyebar, meski tak pernah dideklarasikan. Rumah itu selalu sunyi sekarang, tak ada kehidupan.
Sejak sang kakak ipar itu kabur dari Rumah Sakit Jiwa, memang rumah itu tak pernah terbuka lagi. Sesaat setelah mayat perempuan itu ditemukan di kamarnya, tanpa busana dengan leher nyaris terputus. Sementara suaminya melotot tak bernyawa, tepat satu langkah di pintu kamar dengan darah berceceran, dan luka yang menganga di perut dan punggungnya. Tangannya masih kuat menggenggam pisau dapur, sebagai perlawanan terakhir melawan kakaknya yang bernafsu menghabisi mereka berdua.
Nafsu sang kakak ipar saat menggorok perempuan itu, hampir sama dengan nafsunya saat memperkosa adik iparnya, adik ipar yang dulu sangat dicintainya, dan kemudian iapun begitu bernafsu menghabisi adiknya sendiri, yang memergokinya sedang menggorok perempuan yang baru di perkosa itu.
Sepertinya tak ada lagi nafsu untuk memperkosa perempuan yang sudah menjadi mayat itu, dan tak juga ia bernafsu untuk menusukkan dan menebaskan golok yang berlumuran darah itu. Kemudian iapun menggantung dirinya sendiri di pintu kamar itu, dengan gorden panjang yang dililitkan terlebih dahulu, dan mencekik lehernya hingga tak bernyawa, lidahnyapun menjulur dengan mata terbuka. Diam tak ada lagi nafsu yang terlihat dari matanya yang kini tak bergerak sedikitpun.
***
Duapuluh tahun berlalu, sang anak dari perempuan yang di gorok lehernya itupun menulis kisah orang tuanya, dengan tangis, kebencian dan kesedihan yang mendalam. Air matanya mengiringi keyboard itu bergerak, seiring dengan langkah kursor yang menari-nari dalam monitornya.
***O***
by Iin Aiy-aiy dan R-82 on Wednesday, March 16, 2011 at 12:43pm
wooooiii... pirates... follow me doongg...
ReplyDeleteaku dah follow lw.
gimana sih follow2an? hehehehehehe
Wah lumayan bagus nih tulisan puisinya"oya salam kenal aja dariku ngomong-ngomong mau nanya nih gimana caranya bikin sliet gambar ditas itu sih? kutunggu balasannya diBlogku"sebelumnya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
ReplyDeletemksh bung arapan ats kunjungannya.
ReplyDeleteoya tentang cara bikin sliet gambar.
bung arpan bisa mengunjungi link
http://www.bloggertricksandtoolz.com/
di situ banyak skali tip n trik yg di ulas.
untuk youly chang, oke..sudah ku follow lho.