Home » » Malela: Mini Niagara yang “Masih” Terlantar

Malela: Mini Niagara yang “Masih” Terlantar



Curug Malela. Photo: R-82
Di sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat (KBB) 80km dari pusat pemerintahan, terdapat sebuah air terjun yang sekilas mengingatkan pada air terjun yang berada di Kanada Ontario Amerika Serikat yang bernama Niagara.  Namun, air terjun yang berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (GPS menunjukkan posisi koordinat S07*00’38.1″ E107*12’22.0″)ini ukurannya lebih kecil daripada Niagara.

Adalah air terjun Malela yang biasa disebut Curug Malela, sebuah air terjun dengan pola air terjun berbelok dan tegak lurus dengan relief bebatuan yang terukir secara alami.  Dengan tinggi sekitar 50 meter dan lebar mencapai 70 meter, Curug malela sangat mengagumkan dan cukup berah berlama-lama untuk dilihat.

Sejak tahun 2006, banyak media baik cetak maupun elektronik melansir keindahan curug Malela yang mengagumkan ini. Termasuk Kompas cetak pernah menyoal keberadaan Curug Malela ini pada tahun 2011 lalu. Sejauh ini, wisatawan biasa berdatangan cukup banyak pada hari sabtu dan minggu. dari berbagai daerah yang penasaran dengan keindahannya.

Meski demikian, jika hanya bertujuan untuk melepas lelah di Curug Malela sepertinya bukan pilihan yang tepat. Hal ini disebabkan medan untuk mencapai kesana cukup melelahkan dan jauh dari kesan bersantai saja. Ini terbukti dengan keluhan beberapa wisatawan yang merasa frustasi dengan medan yang ditempuh tersebut.
1327854897964683465
Medan menuju Curug Malela. Photo: R-82
Aku kapok dan gak akan pernah kesini lagi, jika jalannya belum dibagusin.” Begitulah seperti dikatakan Budi dan kedua rekannya dari sulawesi Utara yang berkunjung ke Curug Malela pada 19 Januari 2012. Budi tertarik ke Curug Malela karena pernah melihat keindahan Curug Malela dari foto Facebook Temannya.

Pada saat ini (Januari 2012) akses yang ditempuh ke Curug Malela menyisakan sekitar 7 km yang pernah diaspal namun kondisinya sangat buruk dan nyaris tidak layak untuk dilalui oleh kendaraan roda empat. Biasanya pengunjung yang datang menggunakan Kendaraan Roda empat memarkir kendaraannya sejauh kurang lebih 4 km dari lokasi. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek dengan biaya 5 sampai 15 ribu rupiah (tergantung kesepakatan). Pada musim hujan, pengunjung  akan mendapatkan harga ojek yang lebih mahal daripada biasanya, karena kondisi jalan yang licin dan perlu ekstra hati-hati ketika melajukan motornya agar tidak terjatuh.

Perjuangan untuk sampai ke Curug Malela tidak hanya sampai di situ saja. Karena Ojek tersebut tidak sampai ke lokasi. Dari tempat terakhir pemberhentian ojek tersebut pengunjung harus berjalan kaki sekitar 1,5 km dengan waktu tempuh mencapai setengah atau satu jam. Jalanan setapak yang ditempuh, melalui lereng bukit dan pesawahan yang terasa sangat melelahkan.
13278551011548755635
Berjalan kaki menuju lokasi. Photo: R-82
Penunjuk jalan dari Kecamatan Rongga memang sudah tersedia. Meski demikian setelah melalui perkebunan teh Kecamatan Ronga (PTP Nusantara VIII Montaya) pengunjung harus berhati-hati ketika berada di persimpangan, karena disana hanya ada penunjuk arah berukuran sekitar 50 cm x 35 cm  yang dipasang alakadarnya saja (menggunakan papan dan penyangga dari kayu dengan tulisan tangan). Saya sempat berfikir “bagaimana jika penunjuk arah tersebut diputar atau tanpa sengaja terputar sehingga menunjukkan arah yang salah.

Infrastruktur yang buruk tersebut tak jauh dari persoalan klasik: belum adanya investor dan kurangnnya anggaran untuk pengelolaan Curug Malela. Memang hingga saat ini (januari 2012) belum adal loket khusus untuk retribusi. Pengunjung cukup membayar parkir (bagi yang membawa kendaraan) seiklasnya berkisar antara Rp.1.000 hingga Rp.2.000 untuk roda dua, dan mencapai Rp.5.000 untuk kendaraan roda empat.

Disisi lain, rawannya pencemaran di Curug Malela menjadi salah satu permasalahan berikutnya. Dalam hal ini, beberapa sampah plastik sisa pengunjung terlihat berserakan di sekitar lokasi Curug Malela. Selain itu, sampah bawaan dari sungai Cidadap yang sebagai sungai yang melalui Curug malela menjadi salah satu penmyebabnya. Sejauh ini belum terlihat adanya tempat sampah yang disediakan. Sehingga pencemaran (sampah sisa makanan) bisa dipastikan terjadi setiap ada pengunjung yang datang.Semoga saja pemerinta Kabupaten Bandung Barat lebih cepat menepati janjinya, karena sejak tahun 2006 Pemkab Bandung Barat telah berjanji untuk lebih memperhatikan keberadaan Curug Malela di beberapa media cetak dan elektronik.

Meski demikian, saya pribadi yang pernah 3 kali mengunjungi Curug Malela tidak bosan untuk datang. Karena keindahan Curug Malela tidak menjemukan untuk dikunjungi, selain curugnya yang menawan, disekitar perjalanan bisa terlihat pemandangan yang alami dengan pepohonan dan udara yang sejuk dan menenangkan. Sehingga walaupun medan yang ditempuh sangat berat, saya tetapa akan berkunjung kesana lagi jika memiliki kerinduan kesempatan untuk mendatanginya. Niscaya semua medan berat yang ditempuh itu akan sirna ketika berhadapan dengan Curug Malela yang mengagumkan.
13278553471209091926
Pemandangan di Perjalanan. Photo: R-82
***
1327855545885001639
Pemandangan menuju Curug malela. Photo:R-82
***
Budi pengunjung dari Sulawesi utara, Photo: R-82
Budi pengunjung dari Sulawesi Utara. Photo: R-82
***

Si Tomboy (vespa hitam orange) tetap cantik meski jalanan becek. Photo:R-82


3 comments:

  1. senang bisa berkunjung ke blog anda gan
    keren dan bermanfaat sekali info nya
    terimakasih, sukses terus

    ReplyDelete
  2. tulisan blog nya sangat bagus dan bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Mantap gan info nya saya suka sekali
    terimakasih gan info nya

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.

.