Home » » Alasan Warga Kalteng Tolak FPI

Alasan Warga Kalteng Tolak FPI


Gerakan Pemuda Dayak Indonesia Kalimantan Tengah (GPDI-KT) dan Dewan Adat Dayak (DAD) adalah Dua organisasi yang menolak kehadiran FPI di Kalimantan tengah.

Penolakan itu disampaikan Ketua Umum GPDI-KT Yansen A Binti, melalui Surat No 09/GPDI-KT/II/2012 tertanggal Kamis (9/2), perihal penolakan terhadap kehadiran FPI di bumi Pancasila Tambun Bungai. Dalam surat itu berisi, penolakan ini atas instruksi lisan dari Ketua Umum DAD Kalteng Sabran Achmad, yang secara tegas menolak dan tidak setuju atas kehadiran FPI di Kalteng.Penolakan itu sebagai respons atas rencana pelantikan pengurus FPI pada Sabtu (11/2), di Kabupaten Kapuas. “Selaku masyarakat Dayak, kami menolak kehadiran FPI di Kalteng. Karena selama ini FPI sudah banyak melakukan kegiatan yang sering membuat keresahan di masyarakat

Sementara itu melalui sambungan telepon dengan VIVAnews, Senin, 13 Februari 2012 pakar politik Islam Doktor Mohammad Nasih menyoal penolakan tersebut karena sikap FPI yang kerap menimbulkan citra kekerasan. Karena itu, warga Dayak memilih menolak kedatangan mereka yang akan melakukan pelantikan FPI Kalteng dan peringatan Maulid Nabi. 

Nasih, yang juga pengajar pascasarjana Universitas Indonesia, mengatakan bahwa citra kekerasan ini telah dijadikan legitimasi penolakan terhadap kedatangan FPI. "Selain itu, ada juga faktor politik yang membiarkan penolakan itu terjadi," katanya.

Sebab itu, Nasih mengimbau, bagi umat beragama agar menyampaikan dakwahnya dengan prinsip ramah, sehingga tidak terjadi penolakan dan kekerasan. "Bukan mengajarkan agama yang marah," ujar Nasih. (http://metro.vivanews.com/)

Disisi lain, ketua Presidium Inter Religion Council (IRC) Din Syamsuddin menyesalkan sikap negara yang lamban dalam menyikapi polemik keagamanaan. Negara, menurut dia, seringkali tak hadir dalam kasus-kasus keagamaan yang terjadi di Indonesia.

Menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, setiap organisasi punya hak hidup. Permasalahannya, seberapa kuat pemerintahan dan aparat keamanan menjamin sebuah organisasi.

Peneliti konflik di Kalimantan Tengah Doktor Rudi Sukandar mengatakan, penolakan warga Dayak ini semacam mekanisme bela diri. "Masyarakat melihat reputasi FPI tidak kondusif di wilayah tersebut," kata dia ketika dihubungi VIVAnews, Senin.

Rudi menjelaskan, di Kalimantan Tengah, tepatnya di Sampit, pernah terjadi konflik pada 2001. "Masyarakat masih trauma," katanya. Apalagi wajah FPI yang ditampilkan media sarat dengan kekerasan. (http://metro.vivanews.com/)

Selama ini, kerukunan umat beragama di Kalimantan Tengah terjalin cukup harmonis. Oleh sebab itu, karena menyimak dari tayangan berita di televisi maupun media lainnya, diketahui FPI kerap kali melakukan swepping dengan terkesan arogan dan anarkis, membuat warga takut akan terjadi hal hal yang tidak di inginkan.

Terlepas apakah pada saat aksi FPI itu di provokari oleh pihak luar sehingga menjadi spontanitas terjadinya radikalisme dalam beraksi, tetap saja nama FPI yang tercoreng. Atau dengan kata lain tindakan tersebut adalah tindakan dari ormas FPI. Hal itu karena dengan jelas, kejadian itu menggunakan beragam atribut yang mengacu atau mengarah pada ormas yang bersangkutan, yaitu FPI.

Dari beberapa pengakuan baik itu secara langsung maupun melalui tayangan televisi, warga dayak memang tidak pernah melarang atau mencegah organisasi apapun untuk berada dan di dirikan di Kalamantan Tengah. Hanya saja, karena ormas FPI dengan  stigma yang sekarang inilah yang membaut mereka enggan untuk menerimanya.

Sehingga kesimpulannya, jika saja FPI bisa merubah cintranya sebagai ormas yang anarkis dalam beraksi, khususnya dalam melakukan Swepping penegakkan hukum secara Islam, tentu saja warga dayak akan dengan tangan terbuka menerimanya.
***
Tulisan terkait :



0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.

.