Home » » Tangis Ibu untuk Kejahatan Anaknya

Tangis Ibu untuk Kejahatan Anaknya

Ilustrasi/google


Pintu dari kayu yang mengkilap itu di buka tanpa di ketuk, seketika itupun lelaki dan perempuan telanjang itu terperanjat.


“ibu, kapan datang? kenapa gak ngasi kabar dulu”


Dengan tergesa lelaki itu turun dari ranjangnya sambil menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang tak berbusana. Sementara itu perempuan yang berada di ranjang langsung membalikan badannya, kini dia menghadap jendela dan membelakangi perempuan yang di panggil ibu oleh lelaki yang semenit lalu memeluknya itu. Tubuh perempuan telanjang itu kini terlihat tak tertutupi sehelai benangpun, dia membalikan badan untuk menyembunyikan semuanya, dan kini tinggalah tubuh itu terlihat dari belakang.


Perempuan yang di panggil ibu itupun tak kuasa melihat pemandangan yang dilihatnya. Kemudian dia membalikan badan dan berlalu ke ruangan tengah. Perempuan itu duduk sebentar namun dengan gelisah ia kemudan berdiri dan beranjak keluar, kini dia berdiri di teras rumah sambil mengatur nafasnya yang masih tersenggal, debar jantungnya tak bisa disembunyikan lagi, nampak gelisah dengan gejolak didadanya yang begitu kuat.


Rasa kecewa, marah dan kaget masih berkecamuk didadanya, sesekali duduk dan sisanya berdiri lagi sambil modar mandir di teras dengan ubin dari keramik berwarna putih itu. Beberapa menit kemudian keluarlah lelaki yang tadi telanjang itu dengan celana panjang dan kaos hitam, baru dipakai itu karena sebelumnya dia telanjang.


Lelaki itu tak bicara, ia yakin dengan kemarahan ibunya itu, dan kmudian ia duduk di kursi yang ada di teras itu, hanya diam, menunggu ibunya berkata atau memarahinya. Sejak kecil begitulah yang dia lakukan kalau melakukan kesalahan, dia pasti akan diam sama seperti sekarang ini.hanya diam menunduk.


“Siapa dia Tria?” tanpa menoleh perempuan bernama Ratmi itu berkata, pandangannya berkeliling ke bunga bunga yang ada dihalaman rumah anaknya itu.ia tak melihat ke arah anaknya yang ada di belakangnya, meskipun pertanyaannya itu dia berikan kepadanya. Ratmi seolah malas untuk mentap anaknya.


“dia…eeeh.. dia pacar saya bu” dengan gugup Tria berkata.
“jangan bohong Tria, ibu tau siapa dia, meskipun sudah tua begini tapi ibu masih ingat dia adalah istri pak gurumu yang dulu pernah di bawa ke desa kita kan?. Ibu jadi curiga jangan-jangan toko toko emas yang ada di desa kita itu adalah hasil dari dia juga, bukan dari usaha dan kerja kerasmu, lalu darimana kamu dapat uang banyak untuk bisa membeli   tanah dan sawah di desa kita”


Beberapa saat ibunya terdiam, begitupun Tria hanya menunduk layu, meski ibunya tidak menatapnya tapi Tria tak berani mengangkat wajahnya. Sejak kecil Tria memang penurut, tak pernah membantah dan selalu menuruti nasihat orang tuanya. ibunya masih berdiri mengatur nafas untuk melanjutkan kata katanya yang tadi sedikit emosi, kini diapun mulai melanjutkan kata-katanya lebih tenang.


“ibu beberapa hari ini bermimpi buruk tentangmu, apalagi ada karyanmu yang dari desa kita bercerita pada ibu, bahwa kamu berselingkuh dengan istri gurumu itu. Ibu sengaja datang kesini tiba tiba supaya bia melihat semuanya dengan jelas oleh mata ibu sendiri. Ibu kecewa sekali Tria ternyata kamu yang ibu selalu banggakan itu seperti ini. Ibu tak mengharapkanmu menjadi apapun, ibu hanya berharap kamu bisa menjadi yang berguna itu saja, tidak lebih tidak meminta apapun kepadamu selain menjadi dirimu yang terbaik, dan bukan seperti ini”


“Bu, percayalah semua yang aku dapatkan itu bukan dari dia. Semua kekayaan dan usahaku memang aku bangun sendiri dengan jerih payahku, usahaku sendiri….” tak sempat Tria meneruskan kata katanya karena langsung di potong suara ibunya.


“Lancang kau sekarang Tria, jadi masalah perselingkuhanmu itu bukan sebuah kesalahan?. Dan Ibu sudah menduga sebelumnya, kenapa kamu bisa mendapatkan kekayaan dengan secepat itu, sebelum ibu masuk ke kamarmu, tadi ibu melihat beberapa paket barang yang masih di bungkus itu, dan ternyata memang benar dugaan ibu, Barang haram itu menjadi usahamu, Ibu kecewa sekali Tria”


Tanpa melihat Tria yang masih duduk di kursi itu, perempuan itu langsung beranjak berjalan meninggalkan anaknya. Tria masih terdiam, melihat ibunya yang berjalan menuju jalan raya, dan ketika angkutan berwarna biru itu menghapiri, ibunyapun masuk dan berlalu menghilang dari pandangan Tria.


Tria memang tak mencegah ibunya berjalan, karena kekecewaan ibunya itu pasti tak bisa di hilangkan dengan hanya meminta maaf saja.Tria hanya diam karena tak kuasa harus berbuat apa apa, dan Tria mengerti dengan sangat akan ibunya yang kini pasti merasa sakit hati.
Dalam kediamannya itu Tria berniat akan berbicara pada ibunya nanti di desa, tentulahharus di iringi dngan perubahan dirinya sekarang, namun disisi lain begitu banyaknya hal yang harus dia tingalkan, hingga kini dia masih terduduk melamun.


Belum sempat satu menit mobil yang membawa ibunya itu berlalu, kini sebuah mobil kijang berwarna hitam masuk ke halaman rumahnya. Dan dua orang lelaki hitam legam berjaket kulit itu menyapanya, membuat lamunannya seketika itupun buyar.


“Selamat siang pak”


“iya selamat siang” dengan ragu Tria menjawab
“ini adalah surat penangkapan bapak, mohon kerjasamanya dan semua penjelasan bapak sangat membantu kami nanti di kantor”


Seketika itupun Tria Lemas, dia pasrah diborgol, dan satu orang lagi masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang bukti yang ada disana. Sekitar satu jam mereka disana, dan kini Tria bersama perempuan yang tadi di kamarnya telah berada di dalam mobil kijang itu menuju kantor polisi.


****


Gemetar Ratmi membuka surat dari anaknya yang beberapa minggu lalu dia dapati sedang tidur telanjang di kamarnya, dan dengan seksama ia membacanya.


“Bu, maafkan Tria ya bu, Tria terlalu berharap dan berusaha membahagiakan ibu. Dan jalan pintas ini memang Tria akui salah. Tria keliru dengan jalan yang di tempuh ini bu, Tria mohon ibu mengampuninya. Dan jika surat ini sampai di tangan ibu, Tria sudah tidak ada lagi bu. Karena pesan Tria yang terakhir sebelum di eksekusi adalah membuat surat ini, dan harus disampaikan untuk ibu. Tria gak mau ibu melihat dan menyaksikan Tria dipenjara, apalagi Tria di vonis mati karena menjadi bandar narkoba. Sekali lagi Tria mohon ibu mau mengampuni dosa-dosa Tria”


Beberapa paragraf yang ada dalam surat itu tidak sempat dibaca Ratmi, karena dia memegang dadanya dengan jantung  yang berdegup begitu cepat,  sangat cepat hingga akhirnya tidak berdetak lagi. Jantungnya tak kuasa menahan gejolak yang begitu dahysat itu.

2 comments:

  1. Makasih gan infonya,,menarij untuk di simak dan saya tidak segan berkunjung ke blog anda

    ReplyDelete
  2. jangan buat orang tua kita menangis

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan sopan dan tidak Spam.... kalau tidak punya akun blogger silahkan pilih Name / URL isikan nama dan email juga bisa, atau kosongkan URL. Mohon maaf Live Link, langsung akan saya hapus.

.